Daftar Blog Saya

Selasa, 21 Februari 2012

Gunung Mutis

Kabupaten Timor Tengah Selatan yang mayoritas topografinya merupakan daerah bergunung dan berbukit ternyata menyimpan sejumlah keunikan tersendiri. Mulai dari tenun ikat, tarian tradisional seperti bonet, tarian maekat, madu hutan, tari gong hingga peninggalan sejarah yang belum terlampau dikenal oleh masyarakat diluar serta berbagai panorama alam yang menarik.salah satu panorama alam yang dapat ditemui adalah Gunung Mutis yang adalah gunung tertinggi di pulau Timor.
Gunung ini memiliki manfaat yang sangat besar karena merupakan hulu dari 2 buah Daerah Aliran Sungai (DAS) yakni DAS Noelmina yang mngaliri kawasan dan DAS Benenain. Gunung yang dikelilingi oleh Desa Nuapin, Nenas, Fatumnasi, Bonleu diKabupaten TTS serta Tasinifu dan desa Naekake di Kabupaten TTU.

Berdasarkan SK Penunjukan Menteri Pertanian RI Nomor 89/Kpts/II/1983, Tanggal 2 Desember 1983. Cagar Alam Gunung Mutis, sesuai dengan hasil studi FAO tahun 1982, direkomendasikan kawasan hutan Cagar Alam Gunung Mutis luas 10.000 Ha sebagai Suakamargasatwa .

Secara Geografis kawasan Cagar Alam Mutis terletak antara 9′22” sampai dengan 10′02” Lintang Selatan dan 123′42” sampai dengan 124′26“ Bujur Timur dan secara administratif Pemerintahan terletak dalam wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan (dua kecamatan : Kecamatan Mollo Utara dan Kecamatan Fatumnasi) dan Kabupaten Timor Tengah Utara, Kecamatan Miomafo Barat. Luas kawasan cagar alam yang berada dalam wilayah administrasi Pemerintah Kabupaten TTU 2.000.000 Ha, yang dekelilingi oleh beberapa Desa antara lain : Desa Naekake A, Naekake B, Tasinifu, Fatuneno, Noelelo, dan Noepesu (data tahun 2004)
Untuk menjangkau kawasan hutan Mutis dari Kabupaten Kupang dapat ditempuh melalui jalan darat, dengan menggunakan kendaraan umum (bus, truk dan angkutan pedesaan lainnya). Route perjalanan dengan bus, truk dan angkutan pedesaan dapat dilalui melalui melalui jalur jalan negara, jalan Propinsi, jalan Kabupaten, antara lain Kupang – Soe (110 Km) dengan jarak tempuh 2,5 jam, melalui jalan sumbu Kupang – Atambua meliwati Camplong – Takari- Batuputih-Soe. Kemudian dari Soe kita melalui jalan yang menanjak dan berkelok-kelok ditutupi kabut tebal sehingga jarak pandangan pada tempat2 tertentu hanya 5 meter yang membuat waktu tempuh perjalanan semakin melambat, setelah 25 menit kita memasuki desa Kapan dan Fatumnasi (35 km) yang udaranya sangat dingin, disepanjang jalan penduduk pada umumnya terlihat duduk di teras rumahnya sambil berselimutkan pakaian hitam untuk melindungi dirinya dari udara dingin pada hal siang hari telah menunjukkan jam 11.30 WIT, pada musim kemarau Soe – Kapan – Fatumnasi dapat ditempuh kurang lebih 1 jam, sedangkan pada musim hujan kadang-kadang jalur jalan ini mengalami longsoran dan terancam putus.
Bila kita menuju Cagar Alam Gunung Mutis wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara, kita menempuh jalur jalan yang sama sampai di Niki-Niki–Kefamenanu dan Eban yang dapat ditempuh selama kurang lebih 6 jam.
Flora
Ciri khas dari Cagar Alam Gunung Mutis adalah Hutan yang didominasi pohon Ampupu (Eucalyptus urophylla) sebagai habitat fauna di pulau Timor. Hutan Mutis Timau mempunyai keunikan flora yakni jenis Ampupu terluas di Indonesia seluas kurang lebih 20.000 ha. Yang membentang dari pantai hingga pegunungan (600-2400 meter dpl). Menurut hasil penelitiaan LIPI yang kebetulan waktu itu, tim bertemu di lapangan mengatakan bahwa di Cagar Alam Gunung Mutis terdapat pohon Ampupu (Eucalyptus urophylla) yang terbesar di dunia dengan diammeter 3,75 meter. Selain tegakan pohon Ampupu (Eucalyptus urophylla) juga merupakan sumber pohon cendana dan kayu gaharu yang kini nama karena keberadaannya sudah terancam punah. Lebih dari 100 jenis tanaman yang teridentifikasi dan digunakan masyarakat sebagai obat tradisional.
Fauna
Terdapat 32 jenis burung sebaran terbatas yang juga merupakan jenis burung yang terdapat di daerah lain. Dari 32 jenis burung tersebut ada 6 jenis sebagai endemik Timor yang tidak terdapat di tempat lain di Indonesia (urutan kedua setelah Pulau Sumba) yaitu : Buettikoferella bivitatata, Ficedula timorensis, Myzomela vulnerata, Philemon inornatus, Heleia muelleri, Lichmera flavicans. 3 jenis Kus-Kus (abu-abu, coklat & putih) berada pada ketinggian 800-2200 m dpl. Jenis Kus-Kus yang berwarna putih merupakan khas di kawasan tersebut, terdapat jenis Rusa Timor yang mendiami kawasan (Cervus Timorensis)dan Jenis ular besar (Phyton timorensis).


Kearifan Lokal masyarakat

Bila kita melanjutkan perjalanan menujudesa Nuapin, sebuah desa yang terletak di Kecamatan Fatumnasi, kita dapat menemukan berbagai keindahan alam dan berbagai kearifan lokal masyarakat didesa ini seperti ketrampilan menganyam tali dari bahan kulit kayu, membuat periuk dari tanah liat, memintal benang menggunakan ike dan suti serta dapat dijumpai pemandangan alam yang indah.


Fauna kawasan ini juga sama kayanya. Di kawasan ini pengunjung bisa menjumpai rusa Timor (Cervus timorensis), kuskus, biawak timor (Varanus timorensis), ular sanca Timor (Phyton timorensis), punai Timor (Treon psittacea), betet Timor (Apromictus jonguilaceus), pergam Timor (Ducula cineracea), dan lain-lain yang dapat ditemui.
Hal lain yang menarik untuk disaksikan adalah bagaimana suku-suku asli kawasan ini memanfaatkan dahan dan ranting pohon-pohon besar untuk membuatkan rumah bagi lebah hutan penghasil madu. Bagi masyarakat setempat, lebah hutan membantu mereka menopang kehidupan ekonomi dari hasil ternak dan pertanian.